For you who haven't read the first one, please kindly click this⤶.
Now, I will continue this series /cielah kayak cinta fitri. And ... this is the start of my tough journey.
Setelah gagal di SNMPTN, aku bukannya belajar buat SBMPTN kayak temen-temenku. Tapi aku malah lanjut belajar buat UNBK. Waktu itu padahal udah punya firasat, "kayaknya gue juga perlu nyiapin sbmptn, deh." tapi entah kenapa firasat itu terus kuabaikan. Aku masih bergantung sama PTS harapanku itu.
Hingga akhirnya, UNBK selesai. Aku bener-bener legaaaaaaaaaaaaa banget waktu itu. Rasanya beban-beban itu hilang. Di waktu-waktu kosong itu aku bener-bener melakukan segala hal yang aku suka. Being in laptop for 24/7, watching any dramas or movies, fangirling, makan-makan, baca novel atau komik lama, pokoknya literally everything that I can't do in this senior year. Aku asyik leha-leha sedangkan temenku yang lain pada sibuk nyiapin SBM.
Sampai suatu hari, 24 hari menjelang SBMPTN, bapakku tiba-tiba manggil aku. Firasatku udah jelek aja, nih. Dan bener aja.... hal yang menggangguku selama ini akhirnya kejadian. My father told me to join SBMPTN. Orangtuaku merasa tidak sanggup untuk membayarkan kuliahku bila aku lanjut di PTS itu. Aku mengerti. Perekonomian keluargaku saat itu memang sedang tidak lancar.
Hari itu, aku menangis. Aku merasa runtuh. Bukan, bukan karena orangtuaku yang tidak sanggup membayarkan kuliahku atau apa, tapi karena aku merasa aku tidak siap. Apa yang akan aku pelajari selama 24 hari? Aku ini anak yang akan lintas jurusan. Teman-temanku bahkan pesaingku di luar sana sudah belajar sejak berbulan-bulan yang lalu. Apa yang akan aku pelajari dalam waktu kurang dari sebulan itu?
Apalagi.. ada orang-orang yang diam-diam mengataiku di belakang. Mereka bilang, "Anak perempuan buat apa kuliah di luar? Emang udah pasti bakal sukses? Udah pasti bakal dapet kerja? Di Bali aja suruh kuliah atau ikut kursus aja sana!"
Sumpah. Kalian tau gak sih gimana rasanya dikatain kayak gitu?
Tapi, bukannya langsung belajar, aku malah ngegalauin itu selama seminggu. WKWKW ogeb emang. Sampai akhirnya kira-kira dua minggu sebelum SBMPTN, rasa semangat itu bangkit. I told myself, "kamu cuma punya waktu dua minggu buat nyiapin SBMPTN. Sedangkan orang-orang di luar sana udah belajar sejak enam bulan yang lalu. Kalau kamu terus males belajar kayak gini, gimana kamu bisa dapet universitas yang kamu mau dan bersaing sama mereka? Come on, you're not that weak. Prove them, people who don't believe in you, that you can be bigger than them."
Aku juga sharing-sharing sama temen terdekatku, temen sesama pejuang SBMPTN, bahkan temen online. Mereka kasih aku semangat. Mereka meyakinkanku bahwa aku bisa. And.. that's how I be stronger than before.
Jadi, mulai hari itu, aku memforsir diriku untuk belajar. Aku enggak ikut les di G*, SS*, atau bimbel apapun itu yang bisa bantu untuk belajar SBMPTN. Aku cuma ngandelin zenius. (for those who doesn't know what is zenius just click this!⤸). Kadang-kadang buat membangkitkan semangat, aku suka baca-baca zenius blog, motivasi kuliah, sampai nontonin video youtube tentang "how to make a great notes" atau stationery haul gitu WKWKW. Entahlah, seneng aja rasanya nonton gituan.
Bercermin dari pengalaman sebelumnya, kali ini aku menggunakan kesempatanku dengan baik. Aku mengisi ketiga pilihan. Pilihanku saat itu adalah: 1. Hub. Internasional - UGM; 2. Hub. Internasional - UPN Veteran Yogyakarta; 3. Sastra Inggris - Universitas Udayana.
Oh iya, aku mau kasih tahu sedikit, nih, tentang metode belajarku. Kalau cara belajar yang dianjurkan itu biasanya kan pagi-pagi buta, soalnya otak kita masih fresh jadi bisa menyerap materi pembelajaran lebih banyak. Aku pernah nyoba tuh, bangun jam 04.00 buat belajar. Tapi, bukannya menyerap materi, yang ada aku malah enggak fokus. Pingin lanjut tidur, terus suasananya juga sepi gitu, gimana kalau tiba-tiba ada suara orang nangis gitu.............. WKWKW emang dasar pikiran mistis mulu. Pokoknya, aku enggak cocok sama metode belajar pagi kayak gini.
Akhirnya, aku buat metode belajarku sendiri. Jadi, pagi-pagi itu aku beraktivitas kayak biasa. Sarapan, nyapu, sembahyang, sampai makan siang. Nah, kalau udah makan siang, baru deh aku bisa lanjut belajar. Kira-kira itu jam 11.00. Belajarnya santai aja. Aku ini tipe orang yang belajar harus pake musik, jadi aku belajar sambil denger lagu di Spotify. (Psst, here is my favorite playlist💚 when I'm studying! Ada yang suka lagunya Maliq & D'Essentials juga ga?) Aku bagi waktu belajar. Misalnya, tiga puluh menit belajar, lima belas menit setelah itu istirahat. Atau dua puluh menit belajar, sepuluh menit istirahat. Sesuka kita mau aturnya gimana. Jangan terlalu memforsir otak kamu buat full belajar dua jam non-stop. It's not good both for your health and your brain. Lebih baik selingi dengan beberapa menit istirahat.
Selama dua minggu itu, aku full nyicil materi SBMPTN Soshum. Aku pernah, nih, dulu ikutan TRY OUT SIMAK UI, aku langsung latihan soal-soal tanpa tahu gimana bentuk soshum itu, dan sumpah aku enggak ngerti apa WKWKW. Jadi, menurutku, yang penting aku pernah nyentuh materinya dulu, jadi waktu soalnya muncul, seenggaknya aku bisa merasa, "EEEE INI KAYAK TAU NIH TAPI APA YA DUH PERNAH BACA INI."
Aku mulai nyicil dari ekonomi dulu. Sumpah, ya, zenius itu recommended banget! Materi SBM-nya lengkap, penjelasannya juga enak banget, betah nempel di otak karena yang dikasih itu bukan plek rumus tapi juga konsep. Selain itu juga, ada soal-soal latihan SBMPTN, juga soal-soal SBMPTN tahun-tahun lalu. Tanpa buku pun aku tetep bisa latihan soal berkat zenius karena ada pembahasan soalnya juga. POKOKNYA ENAK BANGET DEH PAKE ZENIUS❣
A sneak peek of my notes. Maafkeun tulisannya berantakan wkwkw.
Akhirnya, sehari menjelang SBMPTN, aku ketinggalan materi. Aku belajar Geografi baru sampai di atmosfer dan aku sama sekali belum nyentuh materi Sejarah. Aku merasa tidak sanggup lagi buat lanjut belajar. Tapi kalo aku ga belajar, aku enggak tau apa-apa besok. Pada akhirnya, aku enggak belajar. Aku cuma baca-baca soal dikit sama dengerin pembahasan soal Sejarah. Kemudian... tidur dengan tenang.
16 Mei 2017.
Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Aku waktu itu ikut tesnya yang CBT (Computer Based Test). Kenapa? Karena aku merasa gak bisa ngurek. Kalau ngurek pasti selalu nilaiku kecil. Aku berangkat menuju lokasi sama temenku yang kebetulan CBT juga. Di sana kita juga nemu temen baru~ sesama pejuang UGM, WKWKW. Aku cari HI, temenku cari Ilmu Komunikasi, dan temen baruku ini cari Psikologi. Jadi enggak sabar ketemu di UGM. /plak
Setelah menunggu beberapa menit, kami dipersilakan masuk ke ruang tes. Ruangannya cukup luas, banyak komputernya, dan ada AC-nya. Adem, tapi bikin pingin pipis. Aku dapat tempat duduk nomor tiga dari depan dan dekat tembok. Sumpah, ya, waktu itu aku grogi banget! Tanganku gemeteran waktu ngetikin nomor test di keyboard sampe orang yang duduk di sebelahku ngeliatin aku aneh.
Sebelum tes dimulai, ada simulasi CBT dulu. Ada 10 soal, boleh dijawab boleh enggak. Soalnya simpel, sih, bukan soal selevel UN atau SBM. Terus kita disuruh nunggu beberapa menit sampai simulasi selesai, baru deh boleh jawab soal SBM-nya. Sesi pertama itu TKPA, kayaknya ada 90 soal, deh. Dari soal itu aku cuma jawab 50+, aku lupa tepatnya berapa. Habis itu jam istirahat. Sebenernya, baru keluar dari ruangan itu kepalaku udah mulai pusing. Aku udah mikir pasti entar waktu jawab TKD makin pusing. Bener aja, pas ngerjain soal TKD, aku enggak bisa mikir apa-apa. Kepalaku berat banget. Aku udah mikir, "kalau gini mana bisa konsen ngerjain soal. Aduh, yakin nih bisa lolos SBM?"
13 Juni 2017.
Tepat pukul 15.00 WITA, aku langsung buka web pengumuman SBMPTN + mirror web-nya. Sebelum bener-bener nge-akses pengumuman itu, aku berdoa dulu. Aku sebenernya masih enggak yakin sama diriku sendiri, sih. Apalagi waktu itu aku ngerjainnya sambil perang melawan rasa sakit kepala, jadi aku ngerasa kurang pede sama hasilnya. Aku pasrah. Apapun hasilnya nanti, aku terima. Aku yakin hasil yang aku dapatkan nanti adalah yang terbaik.
Akhirnya setelah menunggu loading web yang sangat amat lama itu, muncullah hasil pengumumannya. Kalian bisa tebak apa hasilnya?
BIRU.
YA TUHANNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN......
INI SERIUS BIRU? INI SERIUS AKU LOLOS?
Aku enggak teriak, enggak nangis, enggak senyum. Aku speechless. Mulutku menganga lebar selama mungkin dua menit. Sumpah, aku sama sekali enggak nyangka aku lolos. Aku kucek-kucek mataku, keluar sebentar dari kamar, terus refresh page. Ternyata tulisannya enggak berubah. Aku cubit tanganku, sakit, ternyata bukan mimpi. Aku beneran lolos.
![]() |
| Nama, nomor peserta, dan tanggal lahir sengaja tidak diperlihatkan untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan dari pihak yang tidak bertanggungjawab, |
Aku lolos di pilihan kedua. Meskipun enggak lolos UGM, tapi aku enggak merasa sedih atau apapun itu. I'm feeling proud of myself for making it. Aku mulai tanya temen-temen seperjuanganku. Untunglah banyak dari mereka yang juga lolos di prodi impiannya. Tapi buat temen yang aku ceritain sama-sama nyari UGM, sayang banget mereka juga enggak lolos di UGM, tapi mereka lolos SBMPTN di pilihan dua dan tiga. Yaah, enggak jadi ketemu di UGM, deh. /plak
Sebenarnya, setelah lolos SBM pun masih ada rintangan yang harus aku hadapi sebelum akhirnya resmi jadi mahasiswa. But I won't write it here because it's too ... personal? Ahaha.
What my point is... every efforts will paid off. Kalau di Bahasa Indonesia ada istilah, "tiada hasil yang mengkhianati usaha." and that's true. Belajar SBMPTN bukan masalah seberapa lama kamu belajar, tapi seberapa serius kamu belajar. Percuma belajar enam bulan tapi kamu engga serius, masih suka bolong, suka lirik hp.
Find your own way to learn, to study, and give your best efforts to fulfill your dream. For those who will face SBMPTN or any tests, i'm wishing you tons of luck!




Serahhh eluuuu deh taaaaaaa
BalasHapus